Pages

Subscribe Twitter

Minggu, 04 Desember 2011

Wisata Religius di Gunung Lanang
Kabupaten Kulon Progo - D.I. Yogyakarta - Indonesia

Foto 1 dari  1Gunung Lanang
Foto 1 dari  1Gunung Lanang
Foto 1 dari  1
Gunung Lanang

A. Selayang Pandang

Jangan pernah membayangkan Gunung Lanang serupa dengan lazimnya sebuah gunung yang memiliki ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl) atau lebih, dengan hawa sejuk karena pepohonan yang lebat yang tumbuh mengitari kaki gunung. Gunung yang terletak di Dusun Bayeman, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo ini hanyalah sebuah gundukan tanah berkadar pasir tinggi atau berupa bukit kecil di pesisir laut yang ditumbuhi pohon-pohon khas tanah tandus yang menjulang. Pepohonan di bukit yang memiliki luas sekitar 500 m2 ini tertata rapi mengelilinginya. Kendati jarak antara satu pohon dengan pohon lainnya relatif renggang, di bukit ini tampak berserakan rontokan dedaunan yang memenuhi pelataran Astana Jingga, sebuah pelataran di puncak bukit untuk melaksanakan ritual tertentu.
Sesungguhnya nama lain dari Gunung Lanang ialah Astana Jingga atau Badraloka Mandira. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Gunung Lanang. Nama “lanang” dalam bahasa Jawa berarti “laki-laki”. Oleh karena petilasan ini dulunya tempat pertapa seorang bangsawan laki-laki dari Mataram Kuna, maka bukit keramat ini diberi nama Gunung Lanang.

Gerbang menuju puncak Gunung Lanang. Di sini, pengunjung
harus melepas alas kaki karena memasuki area yang dianggap suci.
Sementara untuk nama Astana Jingga bermakna tempat tinggal yang memancarkan sinar kuning kemerahan. Sedangkan Badraloka Mandira artinya bangunan terbuat dari batu bata yang memancarkan sinar keagungan (badra). Kedua nama ini diberikan lantaran tuah yang dimiliki gunung ini, yaitu dianggap dapat mendatangkan berkah atau sebuah wangsit. Di sinilah biasanya seseorang melakukan tirakat, ruwatan, atau semedi (menyepi untuk mendapat berkah). Di sebelah selatan dari puncak gunung gumuk pasir ini, tampak Laut Kidul (demikian orang Jawa menamai Samudra Hindia) yang birunya membentang seolah tanpa ujung dari timur ke barat.

B. Keistimewaan

Gunung Lanang diyakini dapat mendatangkan berkah. Berkah dapat berupa karir yang bagus dalam pekerjaan maupun kemudahan dalam bisnis. Pengunduh berkah semacam ini biasanya dilakukan oleh orang-orang dari kota. Tidak jarang dari mereka yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, dan Surabaya. Mereka berharap tuah dari petilasan di Gunung Lanang ini jatuh ke tangan mereka. Lebih dari itu, di petilasan ini juga terdapat sumur yang airnya diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Selain menjadi sarana bagi seseorang untuk bertirakat atau bersemedi, upacara-upacara maupun laku spiritual masyarakat setempat yang masih menganut kejawen juga kerap kali diselenggarakan. Terutama, pada setiap malam 1 Suro. Pada tanggal ini, rutin diadakan Ruwatan Agung Tumapaking Laku Suci. Selain warga setempat, prosesi ruwatan massal ini biasanya juga diikuti oleh berbagai kalangan dari luar Kota Wates, Ibu Kota Kabupaten Kulon Progo.

Pelataran Astana Jingga, tempat melakukan ritual.
Sebelum menjalani acara ritual-spiritual ini, disarankan bagi para peserta terlebih dahulu harus mensucikan diri secara lahir dan batin (sesuci). Sesuci dilakukan dengan cara mengambil air dari sumur Tirto Kencono kemudian dibasuhkan pada muka (semacam berwudhu bagi orang Islam). Setelah itu, peserta harus melakukan persiapan batin di Sasana Jiwo dengan memanjatkan doa atau melantunkan kidung pambuko agar selama prosesi ritual senantiasa dalam kuasa dan lindungan-Nya.
Tahapan selanjutnya adalah memasuki Sasana Sukma dan Sasana Indra (pusat Gunung Lanang) yang berada di pelataran Astana Jingga. Sasana Sukma ialah prasasti bertuliskan aksara Jawa yang berdiri tegak menyerupai kuncup bunga yang berada di tengah Sasana Indra. Area Sasana Indra ini dibatasi oleh “pagar” berundak-undak berbentuk segi lima dan menghadap ke selatan. Di sini, peserta ritual melakukan puncak semedi di alam keheningan dengan sikap pasrah, konsentrasi penuh, serta jiwa yang tertuju pada kebesaran Yang Maha Kuasa.

Sasana Sukma (kanan) di dalam Sasana Indra (kiri).
Selanjutnya, peserta ritual kembali ke Sasana Jiwo untuk melakukan doa atau melakukan kidung panutup sebagai bentuk rasa syukur karena telah diijinkan melakukan ritual-spiritual di sini. Tidak jarang, ketika acara ruwatan massal ini diselenggarakan, digelar pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk. Usai pagelaran wayang kulit, pagi harinya dilanjutkan dengan upacara labuhan (melarung) potongan kuku, rambut, dan pakaian para peserta ruwatan ini ke Laut Kidul dari bibir Pantai Glagah.

C. Lokasi

Gunung Lanang terletak 4 km di sebelah barat pos retribusi kawasan wisata alam Pantai Glagah, Dusun Bayeman, Kelurahan Sindutan, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

D. Akses

Untuk mengunjungi Gunung Lanang, Anda harus sampai di kawasan Pantai Glagah di Kecamatan Temon, Kulon Progo terlebih dahulu. Bila berangkat dari Kota Jogja, Anda dapat menggunakan kendaraan umum berupa bus maupun kendaraan sewaan/pribadi.
Di Terminal Pusat Giwangan Yogyakarta Anda akan mudah mendapati bus jurusan Yogya-Wates. Memakai bus jurusan ini, Anda perlu mengeluarkan biaya Rp10.000,- untuk sampai ke terminal Kota Wates, Ibu Kota Kabupaten Kulon Progo dengan waktu tempuh sekitar 45 menit perjalanan. 
Sesampainya di Terminal Kota Wates, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan bus trayek Wates-Glagah-Congot-Trisik dengan biaya sekitar Rp5.000,- per penumpang. Dari sini, Anda hanya membutuhkan waktu sekitar 15—20 menit perjalanan (November 2008).
Sementara, bagi Anda yang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi. Maka, dari pusat Kota Jogjakarta, Anda harus menuju arah barat melalui Jalan Jogja-Wates, jalan ini merupakan jalur utama Jogja-Purworejo, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Memasuki Kota Wates akan ada penunjuk jalan kemana arah selanjutnya untuk sampai ke Kawasan Pantai Glagah. Dari pos retribusi Pantai Glagah, tampak papan penunjuk “Wisata Religius Gunung Lanang 4 Km” tepat di pertigaan jalan, kemudian ikuti saja jalan itu.

E. Harga Tiket

Pengunjung akan dikenai biaya retribusi sebesar Rp1.500,- per orang untuk masuk ke kawasan wisata Pantai Glagah. Di loket retribusi, pengunjung yang membawa sepeda motor harus membayar retribusi tambahan sebesar Rp1.000,-, sementara untuk wisatawan yang menggunakan mobil wajib membayar Rp1.500,- (November 2008). 
Setelah melalui gerbang retribusi, maka Anda tidak perlu membeli tiket atau karcis lagi untuk menapaktilasi Gunung Lanang ini. Namun, pengunjung disarankan untuk menyisihkan uang ala kadarnya untuk sang juru kunci yang bernama Mbah Pawiro Suwito.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Mbah Pawiro Suwito sebagai juru kunci akan memandu Anda yang ingin menjalani ritual tertentu di gunung keramat ini. Beliau, akan membantu kelengkapan sesaji atau bahan-bahan pendukung ritual lainnya.
Anda tidak perlu resah dengan ketersediaan penginapan dan rumah makan, lantaran dekatnya Gunung Lanang dengan obyek wisata Pantai Glagah membuat akomodasi mudah didapatkan.
Di kawasan wisata pantai ini, banyak terdapat losmen-losmen atau hotel kelas melati yang rata-rata per malamnya hanya Rp15.000,- sampai Rp25.000,- saja. Untuk rumah makan, Anda dapat memilih warung makan nasi rames, mie ayam, masakan padang, atau restoran sea food yang letaknya di sepanjang jalan area Pantai Glagah.

0 komentar:

Posting Komentar